AdinJavaKekerasan verbal dalam pernikahan sering kali menyisakan luka yang tidak terlihat, namun secara diam-diam mampu melukai perasaan dan menghancurkan rasa percaya diri seseorang. Kata-kata pedas yang diucapkan berulang kali bisa membuat korban merasa rendah diri, tidak berdaya, bahkan kehilangan identitasnya.
Tidaklah mudah untuk pulih dari luka ini, namun hal tersebut bukanlah mustahil. Setiap langkah kecil dalam merawat diri, setiap batasan yang ditetapkan, serta setiap pilihan untuk memilih ketenangan merupakan bagian penting dalam perjalanan pemulihan.
Dibutuhkan waktu, kesabaran, dan dukungan agar seseorang dapat kembali menemukan kekuatannya setelah mengalami kekerasan verbal dalam pernikahan. Mengutip Marriage.com, Sabtu (8/11/2025), berikut ini tujuh langkah yang dapat dilakukan untuk memulai proses pemulihan tersebut.
1. Akui bahwa kejadian yang terjadi merupakan kekerasan
Langkah pertama dalam pemulihan dari kekerasan verbal dalam pernikahan adalah mengakui bahwa kejadian tersebut benar-benar menyebabkan rasa sakit. Terkadang, seseorang meremehkan ucapan kasar pasangannya dan memandangnya sebagai pertengkaran yang biasa saja.
Namun, proses pemulihan baru dimulai ketika Anda berani menghadapi kenyataan bahwa perlakuan tersebut merupakan bentuk kekerasan emosional. Mengakui fakta ini membantu Anda melepaskan rasa bersalah dan malu yang mungkin selama ini Anda alami.
2. Jaga Batasan Emosional dan Fisik
Dalam sebuah pernikahan, batasan bukanlah bentuk hukuman, tetapi merupakan perlindungan. Dengan menentukan batasan yang jelas, Anda membuka ruang yang aman agar luka masa lalu tidak semakin dalam.
Tolak komunikasi yang merendahkan atau memanipulasi. Jika diperlukan, batasi hubungan sementara.
3. Bangun Kembali Rasa Percaya Diri
Kekerasan verbal dalam pernikahan dapat membuat seseorang kehilangan kesadaran akan harga dirinya. Agar pulih, Anda harus belajar melihat diri sendiri dengan lebih lembut dan penuh kasih. Mulailah dengan hal-hal kecil seperti mengakui keunggulan Anda, merayakan pencapaian yang sederhana, serta mengingat bahwa Anda pantas dicintai dengan cara yang sehat.
4. Cari Pengobatan atau Konsultasi Ahli
Tidak semua luka bisa pulih hanya dengan berjalannya waktu. Banyak situasi membutuhkan bantuan ahli untuk proses pemulihan dari kekerasan verbal dalam sebuah pernikahan. Psikolog dapat membantu mengatur perasaan, mengatasi trauma, serta membangun kembali rasa percaya diri yang pernah rusak.
5. Kelilingi dirimu dengan orang-orang yang mendukungmu
Lingkungan yang baik sangat berperan penting dalam proses pemulihan di dalam pernikahan yang penuh dengan kekerasan verbal. Bersama orang-orang yang menghargai dan mendengarkan Anda secara tulus, rasa percaya diri akan perlahan kembali muncul. Dukungan emosional dapat menjadi pengingat bahwa Anda layak diperlakukan dengan hormat dan kasih sayang.
6. Pelajari Kebiasaan Berkomunikasi yang Baik
Kekerasan verbal bisa membuat kebingungan mengenai bagaimana komunikasi seharusnya berlangsung dalam sebuah pernikahan. Memahami bentuk komunikasi yang sehat dapat membantu Anda membangun kembali rasa aman saat berinteraksi. Komunikasi yang efektif didasarkan pada rasa hormat, empati, dan saling memahami.
7. Bersabarlah dalam Proses Pemulihan
Proses pemulihan dari kekerasan verbal dalam pernikahan tidak terjadi dalam waktu singkat. Akan ada hari-hari yang penuh ketenangan dan juga hari-hari lain yang mengingatkan kembali rasa luka. Namun, setiap langkah kecil yang diambil menuju pemulihan merupakan kemajuan yang penting.
Bisakah sembuh sambil tetap berada dalam pernikahan yang sama?
Banyak orang memutuskan untuk tetap berada dalam pernikahan, dan pemulihan mungkin bisa terjadi apabila pasangan yang telah melukai benar-benar mengakui kesalahan mereka serta bersumpah untuk berubah. Proses ini memerlukan kejujuran, rasa empati, serta kemauan untuk mengikuti terapi bersama. Namun, jika pola penganiayaan terus berulang dan Anda masih merasa takut atau tidak dihargai, maka menjauh mungkin menjadi satu-satunya cara untuk pulih sepenuhnya.
Pemulihan dari kekerasan verbal dalam pernikahan bukan berarti mengabaikan masa lalu, melainkan menemukan kembali suara dan harga diri Anda. Walaupun hari-hari mungkin terasa sulit, setiap pilihan untuk memilih diri sendiri adalah langkah menuju kebebasan. Dengan waktu, kasih sayang, dan dukungan, Anda akan belajar kembali berbicara lembut pada hati sendiri dan percaya bahwa cinta sejati seharusnya membawa ketenangan, bukan luka. (*)






