AdinJavaDi tengah tekanan internasional menuju emisi nol, Toyota memilih jalannya sendiri: strategi multipathway.
Bukan hanya mengandalkan kendaraan listrik sepenuhnya (EV), tetapi juga memperkuat penelitian bahan bakar yang netral karbon seperti bioetanol generasi kedua.
Dengan bantuan konsorsium raBit (Research Association of Biomass Innovation for Next Generation Automobile Fuels), Toyota bersama sejumlah mitranya memulai era baru dalam peralihan energi dunia otomotif.
KEY TAKEAWAYS
Tujuan utama raBit adalah mendukung pengurangan emisi karbon dalam transportasi serta memulihkan kembali wilayah yang terkena dampak bencana, khususnya Fukushima.
Bioetanol generasi dua: Dihasilkan dari bahan yang bukan bahan pangan, seperti jerami padi dan sisa pertanian, dengan siklus CO₂ tertutup.
Kelebihan: Biaya rendah, emisi sedikit, efisiensi tinggi, serta tidak bersaing dengan kebutuhan pangan.
Apa Itu raBit?
Konsorsium raBit dibentuk pada 1 Juli 2022 sebagai wujud kerja sama lintas sektor antara Toyota, Mazda, Subaru, Suzuki, Daihatsu, ENEOS, dan Toyota Tsusho, serta dukungan komponen dari Aisin dan Denso.
Pemerintah daerah Fukushima juga turut berpartisipasi dalam proyek ini, yang lokasinya berada di Okuma, Fukushima.mulai beroperasi secara resmi sejak November 2024.
Namun, raBit bukan hanya sebuah laboratorium teknologi. Ia menjadi lambang kerja sama Jepang dalam menghadapi tantangan dekarbonisasi transportasi dunia.
Melaui raBit, Toyota membuktikan bahwa peralihan energi tidak perlu menghilangkan mesin pembakaran internal (ICE), tetapi bisa meningkatkannya dengan bahan bakar yang lebih ramah lingkungan.
Bioetanol Generasi Dua: Jawaban dari Limbah Pertanian
raBit menitikberatkan pada biomassa yang bukan bahan pangan, seperti jerami jagung, limbah tebu, dan sisa hasil pertanian lainnya.
Semua bahan tersebut menyerap CO₂ saat berkembang, lalu melepaskannya kembali ketika dibakar sebagai bahan bakar, membentuk siklus karbon yang tertutup (siklus netral karbon).
Berbeda dengan bioetanol generasi pertama yang memanfaatkan bahan pangan (seperti jagung atau tebu), bioetanol generasi kedua tidak bersaing dengan kebutuhan pangan manusia.
Ini membuatnya lebih berkelanjutan dan etis, khususnya bagi negara agraris seperti Indonesia yang memiliki volume limbah pertanian yang besar.
Teknologi Fermentasi Maju: Inti Inovasi raBit
Di sinilah keunggulan raBit terlihat jelas. Dengan menggabungkan teknik steam explosion, pretreatment asam encer, dan enzim CRECENTIS™ dari Kao, proses fermentasi berlangsung lebih cepat dan efisien.
Toyota juga mengembangkan ragi khusus bernama XyloAce, yang mampu melakukan fermentasi gula C5 (xylose) bahkan dalam kondisi yang sulit. Akibatnya, efisiensi meningkat dan biaya produksi bioetanol bisa dikurangi secara signifikan.
Teknologi ini memberikan kesempatan ekonomi yang barumulai dari pengelolaan limbah pertanian hingga pasokan energi terbarukan setempat.
Tidak hanya ramah lingkungan, tetapi juga memiliki potensi untuk membangkitkan kembali sektor pertanian serta daerah yang terkena dampak bencana seperti Fukushima.
Dari Laboratorium Menuju Jalan Raya dan Arena Balap
Toyota tidak berhenti pada tahap laboratorium. Pengujian penggunaan bahan bakar E10 (etanol 10%) dilakukan pada kendaraan biasa di jalan raya, guna memastikan kesesuaian dan kinerja mesin.
Menariknya, raBit fuel juga siap digunakan dalam balapan Super Formula 2026, sebagai langkah untuk membuktikan bahwa bahan bakar ramah lingkungan mampu menghasilkan tenaga luar biasa.
Dengan pendekatan ini, Toyota menegaskan bahwa masa depan industri otomotif tidak hanya terletak pada kendaraan listrik murni, tetapi juga pada efisiensi penggunaan setiap tetes bahan bakar yang lebih ramah lingkungan.
Toyota dan Filosofi “Tidak Ada Jalur Tunggal”
Dengan raBit, Toyota memperkenalkan filosofi uniknya: “Tidak ada satu cara khusus untuk mencapai netralitas karbon.”
Dengan menggabungkan inovasi bioetanol selulosa, elektrifikasi, serta hidrogen, Toyota menciptakan dasar transisi energi yang inklusif, realistis, dan sesuai dengan kondisi lokal.
Inisiatif semacam raBit menunjukkan bahwa masa depan dunia otomotif tidak hanya terkait dengan inovasi teknologi, tetapi juga kerja sama, keberlanjutan, serta pemanfaatan sumber daya lokal dengan bijak.***






