Raja udang, burung cekakak, ataukingfisher(keluarga Alcedinidae) dikenal sebagai kelompok burung berukuran kecil, tetapi memiliki kepala dan paruh yang cukup besar sehingga terlihat tidak seimbang. Secara keseluruhan, terdapat sekitar 118 spesies burung raja udang yang berbeda yang menyebar di seluruh dunia. Kali ini, kita akan membahas satu spesies yang memiliki distribusi yang terbatas, yaitu raja udang perak (Ceyx argentatus).
Penampilan spesies raja udang ini mirip dengan saudara-saudaranya. Hanya saja, bulu mereka memiliki warna biru gelap dan pucat dengan sedikit warna putih di area leher serta perut. Di sisi lain, paruh dan kaki raja udang perak cenderung berwarna jingga, sehingga dua bagian tersebut terlihat sangat mencolok dibandingkan bagian tubuh lainnya.
Mengenai ukuran, panjang tubuh ikan bandeng sekitar 14 cm, rentang sayap 18—23 cm, dan beratnya hanya 11—15 gram. Terdapat beberapa fakta menarik tentang burung kecil ini yang akan kita bahas satu per satu. Jika penasaran dan ingin mengenal mereka lebih dekat, ikuti pembahasan di bawah ini hingga selesai, ya!
1. Peta penyebaran dan lingkungan alami yang menjadi tempat tinggalnya
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, burung raja udang perak merupakan spesies burung dengan area penyebaran yang terbatas. Bahkan, mereka menjadi salah satu burung endemik yang hanya ditemukan di satu negara, yaitu Filipina. DilansirData Zone by Birdlife, burung ini hanya ditemukan di pulau Dinagat, Siargao, Mindanao, dan Basilan. Jika dihitung keseluruhannya, luas wilayah yang menjadi penyebaran raja udang perak diperkirakan sekitar 180 ribu km persegi saja.
Mereka tidak termasuk burung yang melakukan migrasi, sehingga selalu berada di lokasi yang sama sepanjang tahun. Di sisi lain, habitat raja udang perak terdiri dari sumber air alami yang terdapat di sekitar hutan tropis atau padang rumput, seperti sungai, kolam, atau danau yang berada di dataran rendah. Ketinggian rata-rata tempat yang dipilih oleh burung ini berkisar antara 0—1.000 meter di atas permukaan laut.
2. Makanan kesukaan dan metode mendapatkannya
Seperti saudara-saudaranya yang lain, burung raja udang perak merupakan hewan pemangsa di lingkungan alaminya. Mereka memakan berbagai jenis serangga air, ikan kecil, hingga krustasea. Teknik berburu mereka cukup istimewa karena menggabungkan kemampuan terbang dengan menyerbu dan menyelam ke dalam air secara bersamaan.
My Bird Buddy menurut laporan, saat berburu, raja udang perak pertama-tama akan terbang di atas permukaan air untuk menemukan keberadaan mangsa. Setelah mengenali calon mangsa, mereka akan terbang meluncur turun dengan cepat dan langsung menangkap target menggunakan paruh besar mereka. Raja udang perak juga akan mencari makanan di perairan dangkal jika menemukan sumber makanan yang mudah ditangkap. Oh ya, burung ini termasuk hewan yang aktif di siang hari sehingga aktivitas berburu dilakukan saat matahari masih terang.
3. Memiliki sarang yang khas dan kebiasaan menjaga wilayah
Berbeda dari kebanyakan spesies burung yang membuat sarang menggunakan bahan tumbuhan dan ditempatkan di atas tanaman, burung raja udang perak memiliki cara berbeda dalam membangun sarang. DilansirMy Bird Buddy, burung ini selalu mencari tanah di sekitar tepi sungai atau sumber air yang menjadi tempat tinggal mereka. Selanjutnya, induk burung ini akan menggali tanah yang cenderung lunak hingga membentuk terowongan yang berfungsi sebagai sarang.
Ukuran lubang sarang raja udang perak cukup dalam, sehingga mampu memberikan suhu yang ideal serta perlindungan optimal terhadap predator yang memakan telur. Kedalamannya sekitar 100—120 cm dengan diameter 3,8—4,5 cm. Selain itu, keunikan lain dari mereka terletak pada pola hidupnya. Meskipun berukuran kecil, raja udang perak termasuk burung yang sangat territorial dan hidup sendirian.
Mereka tidak ragu untuk menyerang individu lain yang berusaha memasuki wilayah tersebut. Tindakan ini dilakukan agar tidak terjadi persaingan makanan di sekitar sumber air yang menjadi tempat tinggal satu individu. Namun, sikap agresif ini akan berkurang ketika musim kawin tiba. Karena pasangan kerajaan udang perak cukup solid dalam membangun sarang maupun merawat anak-anak mereka.
4. Sistem reproduksi
Musim kawin untuk burung raja udang perak terjadi antara bulan Juli hingga September. Proses pembentukan pasangan melibatkan berbagai jenis suara vokal dan tarian yang dilakukan oleh jantan untuk menarik perhatian betina. Burung ini merupakan hewan yang bersifat monogami selama satu musim kawin, yang berarti pasangan yang terbentuk akan tetap bersama sepanjang masa kawin.
Dilansir My Bird BuddyRaja udang perak betina mampu menghasilkan 3—4 butir telur dalam satu musim perkawinan. Telur-telur yang diletakkan di sarang berbentuk lubang tersebut akan mengalami masa inkubasi selama 18—22 hari sebelum menetas. Baik induk jantan maupun betina sama-sama merawat telur dan menjaga anak setelah menetas. Luar biasanya, anak raja udang perak sudah bisa hidup mandiri setelah berusia 3 minggu. Di alam liar, burung ini diketahui mampu bertahan hidup selama usia 6—8 tahun.
5. Status konservasi
Berdasarkan catatan IUCN Red List, saat ini raja udang perak termasuk dalam kategori hewan yang hampir menghadapi kepunahan (Near Threatened). Populasi mereka cenderung menurun setiap tahunnya, dan diperkirakan saat ini hanya tersisa sekitar 1.500—7.000 individu dewasa di alam liar. Selain karena area penyebaran yang sempit, terdapat beberapa tantangan lain yang dialami raja udang perak yang memperparah penurunan jumlah populasi.
Animalia melaporkan bahwa deforestasi di sekitar wilayah penyebaran burung ini menjadi isu utama yang mengancam keberadaan mereka. Pembukaan lahan secara besar-besaran akibat penebangan atau penggalian ilegal masih berlangsung hingga saat ini, yang tidak hanya menyebabkan berkurangnya area hijau, tetapi juga mencemari lingkungan. Sebenarnya, sudah ada upaya konservasi yang serius untuk menghadapi masalah populasi yang memprihatinkan dari burung raja udang perak ini.
Misalnya, beberapa lokasi penyebaran burung di Filipina telah ditetapkan sebagai kawasan yang dilindungi sehingga para perusak lingkungan di sana dapat diberi hukuman yang paling berat. Selain itu, upaya untuk memulihkan hutan serta membersihkan polusi yang terjadi juga dilakukan agar raja udang perak dan berbagai hewan lain memiliki tempat tinggal yang layak dan sesuai. Semoga saja langkah-langkah tersebut memberikan hasil yang baik agar tidak hanya raja udang perak saja yang tetap lestari, tetapi seluruh ekosistem alam di Filipina, ya!
5 Fakta Mengenai Burung Andean Cock of the Rock, Burung Nasional Peru yang Menarik 7 Fakta Menarik Burung Hering Kepala Putih, Tidak Bisa Jauh dari Asem Buto 5 Fakta Burung Green Bearded Helmetcrest, Burung Berjenggot Asal Kolombia






