Jurnalis Tribun Jabar, Muhamad Nandri Prilatama
AdinJava, BANDUNG– Balai Pelestarian Kebudayaan atau BPK Wilayah IX Jawa Barat menyelenggarakan program tahunan Sakola Budaya 2025 dengan tema ‘budaya kita, inspirasi generasi’. Ratusan siswa SMA/SMK dari berbagai daerah di Jabar mengikuti kegiatan yang berlangsung pada 3-6 November 2025 di Kabupaten dan Kota Cirebon.
Program budaya ini merupakan upaya untuk memperkenalkan kekayaan seni dan budaya kepada generasi muda melalui pendekatan yang edukatif dan kreatif.
Kepala BPK Wilayah IX Jawa Barat, Retno Raswaty mengungkapkan bahwa sekolah budaya tahun ini melibatkan 100 siswa dan guru dari 31 sekolah yang berada di 27 kabupaten/kota di Jawa Barat. Program ini dibuat sebagai tempat belajar yang menarik sekaligus mampu memupuk karakter, kreativitas, serta rasa bangga terhadap warisan budaya di Jawa Barat.
Terdapat 302 peserta dari seluruh Jawa Barat, tetapi hanya 100 yang terpilih. Hal ini menunjukkan antusiasme kalangan muda terhadap budaya yang sangat besar. Kendala yang dihadapi adalah bagaimana menyajikan penyajian yang menarik dan pendekatan yang sesuai dengan dunia mereka,” kata Retno dalam pernyataan resminya.
Ia juga menambahkan melalui program budaya, pihaknya berharap dapat menyajikan pengalaman langsung yang menyenangkan dan menginspirasi, sekaligus menjadi jembatan antara generasi muda dengan warisan budaya.
Sakola budaya muncul sebagai upaya menghubungkan generasi muda dengan warisan
budaya Jawa Barat, khususnya Cirebon, melalui pendekatan pendidikan dan inovatif,” katanya.
Selama kegiatan berlangsung, peserta mengikuti berbagai kegiatan, seperti pelatihan, kunjungan lapangan, latihan seni, pembuatan karya kreatif, serta pemaparan dan penghargaan budaya. Mereka memiliki kesempatan untuk mengunjungi tempat bersejarah, seperti Keraton Kasepuhan,
Keraton Kacirebonan, Museum Cakrabuana, dan Museum Topeng, serta menyaksikan
pertunjukan tradisional Cirebon, seperti Tari Gandamanah, Sintren, dan Topeng Cirebon.
Hari pertama, peserta diajak menyaksikan Tari Gandamanah di Museum Cakrabuana sambil mengikuti workshop melukis dengan tema Warisan Budaya Cirebon. Tarian ini menggambarkan tokoh Gandamanah dalam cerita pewayangan, dengan gerakan yang perkasa dan penuh semangat.
Retno mengatakan, sekolah budaya bukan hanya sebagai alat pengenalan budaya,
namun mendorong peserta untuk mengubah pengalaman menjadi karya yang diminati
dan konten digital, sehingga budaya tidak hanya diturunkan, tetapi dihidupkan kembali
kembali dengan cara yang sesuai dengan era saat ini.
“Kami berharap siswa tidak hanya menjadi pengamat budaya, tetapi juga sebagai pencipta yang”
mampu menghidupkan kembali nilai-nilai kebudayaan sesuai dengan era saat ini,” katanya.
Direktur Jenderal Perlindungan Budaya dan Tradisi, Restu Gunawan yang turut
hadir dalam acara ini, mengapresiasi pelaksanaan sekolah budaya sebagai langkah
penting untuk meningkatkan kesadaran budaya di kalangan pemuda.
Kabupaten Cirebon memiliki banyak potensi budaya, baik berupa objek pelestarian kebudayaan maupun cagar budayanya. Diharapkan, anak-anak mampu membaca dan mereinterpretasi warisan budaya sesuai dengan pemahaman mereka,
kata Restu.
Ia menambahkan kegiatan ini sebagai sarana memperluas jaringan antar pelajar dari berbagai wilayah Jawa Barat agar terus berdiskusi, bekerja sama, dan menyampaikan pentingnya melestarikan budaya.
Salah satu peserta, Nur Rahma, seorang siswa SMA Negeri Bantar Kalong, Kabupaten Tasikmalaya, mengungkapkan bahwa ia mendapatkan pengalaman berharga dari kegiatan tersebut. Sakola Budaya, menurutnya, memberikan kesan mendalam tentang betapa pentingnya nilai budaya di tengah arus budaya asing.
“Dari semangat budaya lahir rasa percaya diri bahwa budaya Cirebon ini mencerminkan nilai luhur para leluhur kita dan bagaimana kalangan muda menghadapinya di tengah arus budaya asing yang masuk ke dalam masyarakat,” katanya.
Sakola Budaya diciptakan sebagai wadah ekspresi bagi kalangan muda dalam menunjukkan kemampuan dan bakat mereka, mulai dari menulis, berkarya seni, melukis, hingga menghasilkan konten yang berisi tema warisan budaya.
Melalui kegiatan semacam ini, BPK Wilayah IX berharap munculnya generasi penerus yang
mampu mempertahankan kelangsungan nilai-nilai budaya, sekaligus menyajikan pemahaman yang baru
yang baru sesuai dengan perkembangan zaman. (*)






