AdinJava– Iran sedang mengalami krisis air yang semakin memburuk. Sungai-sungai mulai mengering, salju di puncak gunung telah menghilang, dan curah hujan mencapai tingkat terendah dalam sejarah modern. Waduk yang menyuplai air ke Teheran kini hanya terisi kurang dari 5 persen.
Presiden Iran, Masoud Pezeshkian, mengingatkan bahwa jika hujan tidak segera turun, pemerintah akan membatasi pasokan air dan mungkin bahkan melakukan evakuasi sebagian penduduk Teheran.
“Jika tidak turun hujan, kita perlu mulai membatasi penggunaan air di Teheran antara akhir November dan awal Desember,” kata Pezeshkian dalam pidato yang disiarkan televisi pemerintah, Jumat (7/11/2025), dikutip dariAFP.
Ia menyampaikan bahwa meskipun pemerintah melakukan pembatasan penggunaan air dan hujan belum juga turun sampai saat itu, Teheran akan kehabisan air dan kemungkinan besar harus dipindahkan.
Tidak tersedia informasi lebih lanjut mengenai skema atau tahapan evakuasi yang dimaksud. Namun, peringatan ini menunjukkan bahwa situasi darurat air kini sedang terjadi di ibu kota Iran yang memiliki populasi lebih dari 10 juta orang.
Persediaan Air Hanya Tinggal Dua Minggu Lagi
Kepala perusahaan air regional, Behzad Parsa, mengingatkan bahwa persediaan air di bendungan utama Teheran hanya cukup untuk dua minggu berikutnya.
Berdasarkan laporan dari kantor berita Tasnim, jumlah curah hujan di Iran pada tahun ini hanya mencapai 152 milimeter, mengalami penurunan sekitar 40 persen dibandingkan rata-rata selama 57 tahun terakhir.
Mohammad Reza Kavianpour, Direktur Institut Penelitian Air Iran, menyebutkan bahwa beberapa provinsi mengalami penurunan curah hujan sebesar 50 hingga 80 persen.
“Kapasitas penyimpanan air di bendungan ibu kota saat ini hanya sekitar 250 juta meter kubik, jauh lebih rendah dibandingkan angka 490 juta meter kubik pada tahun air 2023–2024. Kita perlu bersiap menghadapi kondisi yang memprihatinkan,” katanya.
Kepala Dinas Perusahaan Air Provinsi Teheran, Mohsen Ardakani, menyampaikan bahwa ketinggian air di waduk saat ini mencapai titik terendah dalam beberapa dekade terakhir.
“Selama enam bulan terakhir, penduduk Teheran telah mengurangi penggunaan air sebesar 10 persen. Jika mampu mencapai pengurangan 20 persen, kami bisa mempertahankan ketersediaan air dalam satu hingga dua bulan ke depan, sampai musim hujan tiba,” katanya kepada stasiun televisi pemerintah, Rabu (5/11/2025).
Kemarau Berkepanjangan, Kekurangan Air Semakin Memburuk
Biasanya, hujan dan salju mulai turun di Teheran pada bulan-bulan musim dingin. Namun, penurunan yang signifikan dalam curah hujan serta berkurangnya aliran air dari bendungan membuat kondisi tahun ini semakin memburuk.
Beberapa area di Teheran mengalami pemutusan pasokan air dalam beberapa bulan terakhir. Suhu yang sangat tinggi memperburuk situasi, dengan sejumlah kota mencatat suhu hingga 52 derajat celsius.
Sejak awal tahun hingga bulan September, Iran hanya mencatat curah hujan sekitar 2 milimeter—turun 75 persen dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya. Dari 21 provinsi, beberapa bahkan tidak mengalami hujan sama sekali.
Para ilmuwan mengidentifikasi penyebab utama krisis ini sebagai gabungan antara kekeringan yang terus-menerus, penebangan hutan, dan pengeringan daerah rawa yang mengurangi kelembapan udara.
Perubahan iklim dan kenaikan suhu juga meningkatkan tingkat penguapan serta memperparah kondisi kekeringan di seluruh wilayah negara.
Krisis Air Semakin Parah Akibat Kelalaian Pengelolaan
Lebih dari 90 persen air yang ada di Iran dialokasikan untuk sektor pertanian. Banyak sumur ilegal juga berkontribusi dalam mempercepat pengurangan cadangan air tanah.
Sumber air seperti Danau Urmia dan daerah rawa Hoor al-Azim di Khuzestan mengalami penurunan yang signifikan. Keadaan ini memicu badai debu dan pasir yang menyebabkan ribuan penduduk dirawat di rumah sakit setiap tahun akibat gangguan pernapasan serta memberatkan perekonomian setempat.
Iran juga berupaya mengatasi krisis ini dengan menggunakan metode cloud seeding atau pengendalian hujan buatan, yaitu dengan menyebarkan partikel perak iodida melalui pesawat dan drone.
Namun, metode ini hanya efektif jika awan memiliki kelembapan setidaknya 50 persen—kondisi yang kini jarang terjadi di wilayah Timur Tengah.
Kementerian Energi Iran mengatakan operasicloud seedingmulai musim gugur ini di kawasan Sungai Zayandeh-Rud, kemudian menyebar ke wilayah lain yang memerlukan hujan.
Namun, para pakar menganggap hasilnya tidak akan terlalu mencolok karena sebagian besar awan di Iran terlalu kering.
Dampak yang Menyebar, dari Isfahan hingga Teheran
Dampak kekeringan kini terasa di berbagai daerah. Di Isfahan, penurunan permukaan tanah akibat kekeringan mengancam sekolah, jalan, dan tempat bersejarah.
Karena sumber air semakin berkurang dan hujan tidak kunjung tiba, para ahli menganggap solusi krisis air Iran tidak cukup hanya dengan teknik pengembangan awan atau doa meminta turunnya hujan.
Mereka menekankan bahwa Iran perlu melakukan perubahan mendasar, mulai dari diversifikasi ekonomi di luar sektor pertanian, peningkatan kerja sama dalam teknologi pengelolaan air, hingga koordinasi yang lebih baik antara Kementerian Energi, Kementerian Pertanian, dan Departemen Lingkungan.






