Mengatasi Kesalahpahaman tentang Micin

- Penulis

Kamis, 27 November 2025 - 14:01 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Dalam setiap pembicaraan mengenai makanan, selalu ada satu bahan yang menjadi sasaran kritik: MSG. Banyak orang langsung merespons secara negatif ketika mendengar istilah ini. Beberapa merasa cemas, sementara yang lain memilih untuk menghindar. MSG dianggap sebagai penyebab berbagai penyakit, pemicu kanker, bahkan dianggap sebagai simbol dari makanan yang tidak sehat. Namun di balik persepsi negatif tersebut, ada satu hal yang sering terabaikan, yaitu bahwa MSG sebenarnya adalah bagian dari kehidupan kita sendiri. Ia bukan bahan asing yang diciptakan di laboratorium, melainkan turunan dari zat alami yang sudah ada dalam makanan sejak lama.

Beberapa waktu yang lalu, saya membaca sebuah komentar di media sosial yang menarik perhatian saya. Seseorang menceritakan pengalamannya sebagai seseorang yang selamat dari kanker setelah menjalani operasi dan kemoterapi. Orang tersebut mengatakan bahwa setelah masa pemulihan, tubuhnya menjadi sangat rentan terhadap makanan yang mengandung MSG. Setiap kali mengonsumsi makanan dengan kadar MSG tinggi, ia merasakan sensasi nyeri berdenyut di area bekas tumor. Cerita ini mendapat banyak perhatian. Banyak netizen yang kemudian menghubungkannya dengan keyakinan bahwa MSG berbahaya dan bisa memperparah kondisi tubuh. Namun yang membuat saya terdiam bukan isi pengakuan itu, melainkan bagaimana orang-orang begitu cepat percaya tanpa mencari tahu lebih jauh.

Sebenarnya tidak ada penjelasan mengenai jenis makanan yang dikonsumsi, cara memasaknya, atau bahan lain yang mungkin terlibat. Hanya ada satu kesimpulan singkat yang menyebutkan bahwa MSG adalah penyebabnya. Dari sana muncul kekhawatiran saya. Saya mulai berpikir bahwa kita sering kali lebih mudah percaya pada cerita yang terdengar meyakinkan daripada pada penjelasan ilmiah yang membutuhkan waktu untuk dipahami. Kekhawatiran ini berkembang menjadi keinginan untuk menjelaskan kembali bagaimana sebenarnya ilmu pengetahuan melihat MSG. Mengingat banyaknya informasi di media sosial, ketakutan justru lebih cepat menyebar dibandingkan kebenaran.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Memahami Apa Itu MSG

Monosodium glutamat atau MSG, micin, vetsin bukanlah zat kimia asing yang berbahaya. Micin merupakan bentuk garam dari asam glutamat, salah satu dari 20 asam amino penyusun protein yang secara alami ada dalam tubuh manusia serta berbagai bahan makanan. Asam glutamat juga termasuk salah satu neurotransmiter penting di otak, yang berfungsi dalam proses komunikasi antar sel saraf. Dengan kata lain, tubuh kita sudah mengenal glutamat sejak awal kehidupan. Kita tidak mungkin bisa hidup tanpa asam amino ini.

Penggunaan MSG dimulai pada tahun 1908 ketika seorang ilmuwan Jepang bernama Kikunae Ikeda menemukan bahwa kaldu dari rumput laut kombu memiliki rasa unik yang tidak termasuk dalam empat rasa dasar, yaitu manis, asin, asam, dan pahit. Ia menyebut rasa tersebut sebagai umami, yang berarti “gurih” dalam bahasa Jepang. Sejak saat itu, MSG muncul sebagai bentuk ilmiah dari rasa kelima ini. MSG kemudian dibuat melalui proses fermentasi bahan alami seperti tebu, pati singkong, atau bit. Oleh karena itu, tidak ada komponen sintetis atau berbahaya dalam proses pembuatannya. MSG hanya berfungsi untuk memperkuat rasa alami dari bahan makanan.

Baca Juga  Mengapa Harga Yamaha F1ZR Bekas Tinggi? Ini Penjelasannya

Menariknya, glutamat yang terdapat dalam MSG memiliki struktur kimia yang sama persis dengan glutamat yang ada di tomat matang, keju parmesan, daging sapi, atau jamur. Tubuh tidak membedakan sumber glutamat tersebut. Ia akan dicerna dan digunakan secara serupa. Oleh karena itu, para ahli gizi mengatakan bahwa MSG pada dasarnya merupakan bentuk alami dari rasa yang sudah kita kenal sejak lama, hanya saja dalam konsentrasi yang lebih tinggi.

Membedakan Fakta dan Ketakutan

Sejak istilah “Chinese Restaurant Syndrome” muncul pada era 1960-an, monosodium glutamat (MSG) menjadi objek kesalahpahaman yang luas. Pada masa itu, beberapa individu melaporkan gejala seperti pusing, mual, dan jantung berdebar setelah mengonsumsi makanan di restoran Tionghoa. Namun, penelitian lebih lanjut menemukan bahwa klaim tersebut tidak didukung oleh bukti yang kuat. Banyak dari gejala-gejala tersebut tidak konsisten, bahkan terjadi juga ketika makanan yang dikonsumsi tidak mengandung MSG sama sekali.

Lembaga seperti World Health Organization (WHO), Food and Drug Administration (FDA) di Amerika Serikat, serta European Food Safety Authority (EFSA) telah melakukan penilaian menyeluruh terhadap MSG. Hasilnya jelas: MSG aman untuk dikonsumsi dalam kadar yang normal. FDA bahkan memasukkan MSG ke dalam kategori Generally Recognized As Safe atau GRAS, sejajar dengan bahan masak lain seperti garam dan gula. WHO dan FAO melalui komite JECFA juga menyatakan bahwa MSG tidak menyebabkan efek karsinogenik atau risiko kesehatan lain pada manusia.

Masalah sesungguhnya bukanlah terletak pada MSG, melainkan pada cara kita memandangnya. Terkadang kita menganggap bahwa makanan yang mengandung MSG adalah sama dengan makanan cepat saji yang kaya akan garam, lemak, dan gula. Padahal, sebenarnya kandungan natrium dan lemak jenuh dalam makanan olahan tersebutlah yang berpotensi menyebabkan masalah kesehatan, bukan MSG itu sendiri. Ironisnya, banyak orang menghindari MSG namun masih mengonsumsi makanan yang terlalu asin tanpa menyadari bahwa kadar natriumnya bisa jauh lebih tinggi dibandingkan MSG.

Baca Juga  Fakta Terkini Ledakan di SMAN 72 Jakarta, Bocoran Sosok dan Tabiat Pelaku

Mengapa Beberapa Orang Merasa Tidak Nyaman Setelah Mengonsumsi MSG

Sebagai contoh, izinkan saya membahas pendapat seseorang yang mengatakan bahwa setelah mengonsumsi makanan dengan MSG, tubuhnya merasa tidak nyaman dan ia percaya MSG adalah penyebab penyakitnya. Berdasarkan informasi yang saya dapatkan, bagi seseorang yang baru selesai menjalani operasi atau kemoterapi, kondisi tubuhnya berbeda dari orang sehat. Banyak pasien kanker mengalami neuropati perifer, yaitu kerusakan saraf akibat efek pengobatan kemoterapi. Kondisi ini membuat sistem saraf menjadi lebih rentan terhadap berbagai pemicu, termasuk zat yang memengaruhi sistem saraf seperti glutamat. Karena glutamat berperan dalam pengiriman sinyal saraf, meningkatnya kadar glutamat di sistem pencernaan dapat memengaruhi persepsi rasa sakit pada individu dengan saraf yang sedang tidak stabil. Akibatnya, timbul sensasi berdenyut atau nyeri di bagian tertentu tubuh, bukan karena MSG bersifat berbahaya, tetapi karena tubuh sedang dalam masa pemulihan yang rentan.

Selain itu, kita juga perlu mempertimbangkan konteks makanan secara keseluruhan. Ketika seseorang menyatakan bahwa mereka merasakan sedikit nyeri setelah mengonsumsi MSG, sering kali makanan yang dimaksud bukanlah MSG murni, melainkan bisa disebabkan oleh hidangan yang tinggi garam, minyak, dan bahan lain yang diolah. Respons tubuh bisa dipengaruhi oleh faktor-faktor tersebut, bukan hanya karena MSG. Hal ini sering kali tidak diperhatikan, sehingga MSG mendapat reputasi buruk tanpa dasar yang jelas.

Kekuatan Pikiran terhadap Perasaan, Efek Nocebo

Dalam bidang psikologi kesehatan, terdapat konsep yang dikenal sebagai efek nocebo, yaitu situasi di mana seseorang mengalami gejala buruk karena percaya bahwa sesuatu akan berdampak negatif terhadap dirinya. Jika seseorang meyakini bahwa MSG berbahaya, otak dapat memicu respons fisiologis seperti jantung berdebar, sakit kepala, atau rasa nyeri, meskipun secara biologis tidak ada penyebab langsungnya. Penelitian menunjukkan bahwa individu yang mengklaim sensitif terhadap MSG sering kali mengeluhkan gejala saat menerima makanan dengan label “mengandung MSG”, namun tidak mengalami gejala serupa ketika diberi makanan tanpa label, padahal keduanya sebenarnya sama.

Artinya, pikiran kita memainkan peran penting dalam membentuk cara tubuh merasakan sesuatu. Ini tidak berarti rasa sakit yang dirasakan seseorang tidak nyata, tetapi karena sistem saraf dan persepsi saling terkait satu sama lain. Oleh karena itu, ketika seseorang merasa tidak nyaman setelah mengonsumsi makanan yang dikatakan mengandung MSG, bisa jadi penyebabnya bukan bahan tersebut secara langsung, melainkan keyakinan yang telah terbentuk sebelumnya tentangnya.

Baca Juga  Robot China Ini Begitu Nyata, Sampai Harus Dibedah di Panggung

Mempelajari Ilmu Pengetahuan, Menghargai Perasaan

Kadang kita lupa bahwa sains tidak pernah bertujuan untuk menakuti, melainkan memberikan pemahaman. MSG merupakan salah satu hasil dari perkembangan ilmu pangan yang membuat makanan lebih enak tanpa perlu tambahan garam berlebihan. Dalam berbagai penelitian, penambahan MSG justru membantu mengurangi penggunaan natrium hingga tiga puluh persen tanpa mengubah rasa. Artinya, penggunaan MSG dengan bijak bisa menjadi cara untuk mengurangi risiko tekanan darah tinggi akibat konsumsi garam yang berlebihan.

Sains juga mengajarkan kita untuk berpikir secara seimbang. Tidak salah jika kita menghindari MSG karena membuat kita merasa lebih nyaman, tetapi menganggap MSG sebagai penyebab segala jenis penyakit adalah kesalahpahaman. Dalam hal gizi dan biokimia, yang paling berbahaya bukanlah satu bahan tunggal, melainkan kebiasaan makan yang tidak seimbang. Kita bisa menjalani hidup sehat tanpa perlu khawatir terhadap rasa gurih dari bahan yang aman.

Kesimpulan

Kita tinggal di era di mana informasi bisa menyebar lebih cepat daripada penjelasan ilmiah. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk selalu memverifikasi fakta sebelum percaya pada suatu pernyataan, terutama yang berkaitan dengan kesehatan. MSG bukanlah racun, bukan penyebab kanker, dan bukan ancaman tersembunyi di dapur. Ia hanyalah bentuk alami dari asam amino yang telah menjadi bagian dari kehidupan kita sejak lama. Ketika digunakan secara bijaksana, MSG justru membantu menciptakan keseimbangan rasa dan bisa menjadi bagian dari pola makan yang sehat.

Mungkin sudah waktunya kita menerima rasa asin yang sering kali kita salah pahami. Karena di balik setiap rasa yang lezat, terdapat ilmu pengetahuan yang bekerja agar kita dapat menikmati makanan bukan hanya melalui lidah, tetapi juga dengan pemahaman yang tepat. Rasa seharusnya tidak perlu ditakuti. Ia seharusnya dihargai, karena di sanalah ilmu dan kehidupan bersatu.

Daftar Pustaka

Organisasi Kesehatan Dunia. (2022). Evaluasi Keamanan Monosodium Glutamat. Laporan Aditif Makanan WHO.Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat. (2021). Pertanyaan dan Jawaban Mengenai Monosodium Glutamat (MSG). U.S. FDA.Otoritas Keselamatan Pangan Eropa. (2017). Peninjauan Kembali Asam Glutamat dan Garamnya (E620-E625) sebagai Bahan Tambahan Pangan. EFSA Journal.Geha, R. S. dkk. (2000). Tinjauan Reaksi yang Dikaitkan dengan Monosodium Glutamat dan Hasil Studi Multicenter Double-blind Placebo-controlled. Jurnal Alergi dan Imunologi Klinis.Yamaguchi, S., & Ninomiya, K. (2018). Umami dan Kecantikan Makanan. Jurnal Nutrisi.

Berita Terkait

Prediksi Skor, H2H, dan Susunan Pemain Bologna vs Napoli di Serie A
Harga Emas Antam Naik Rp21.000 dalam Seminggu
Heboh 3I/ATLAS, Ini Fakta ‘Alien’ Menurut Sains dan Ulama
Dari Saluran Air Jadi Berkah: Warga Belajar dari Aliran Air
Viral, Pemain Persib Kena Tilang Polisi Malaysia, Terkejut Tahu Robi Darwis Prajurit TNI
Usaha Daffa Wardhana Membuat Hadiah Ultah Ariel Tatum, Hasilnya Menakjubkan dan Disukai Banyak Orang
7 Trik Pintar Menggunakan AI ala Ahli Keuangan
Susunan Upacara Hari Pahlawan 10 November 2025: Panduan Lengkap PDF dan Aturan Baju Profesi

Berita Terkait

Minggu, 30 November 2025 - 14:14 WIB

Prediksi Skor, H2H, dan Susunan Pemain Bologna vs Napoli di Serie A

Minggu, 30 November 2025 - 13:29 WIB

Harga Emas Antam Naik Rp21.000 dalam Seminggu

Minggu, 30 November 2025 - 10:28 WIB

Dari Saluran Air Jadi Berkah: Warga Belajar dari Aliran Air

Minggu, 30 November 2025 - 06:43 WIB

Viral, Pemain Persib Kena Tilang Polisi Malaysia, Terkejut Tahu Robi Darwis Prajurit TNI

Minggu, 30 November 2025 - 05:58 WIB

Usaha Daffa Wardhana Membuat Hadiah Ultah Ariel Tatum, Hasilnya Menakjubkan dan Disukai Banyak Orang

Minggu, 30 November 2025 - 05:13 WIB

7 Trik Pintar Menggunakan AI ala Ahli Keuangan

Minggu, 30 November 2025 - 01:27 WIB

Susunan Upacara Hari Pahlawan 10 November 2025: Panduan Lengkap PDF dan Aturan Baju Profesi

Minggu, 30 November 2025 - 00:42 WIB

Update Terbaru: Pelaku Ledakan SMAN 72 Jakarta Sudah Sadar, KPAI Siap Bantu

Berita Terbaru

Teknologi

Harga Emas Antam Naik Rp21.000 dalam Seminggu

Minggu, 30 Nov 2025 - 13:29 WIB