AdinJava— Pendukung Persebaya Surabaya mulai mengurangi harapan setelah melihat kinerja tim yang belum stabil hingga pekan ke-12 Liga Super 2025/2026. Keluhan muncul karena yang dirasakan justru kenaikan harga tiket, bukan peningkatan prestasi di lapangan.
Hasil imbang 1-1 saat berkunjung ke kandang Persik Kediri, Jumat (7/11/2025), mencerminkan situasi tim yang masih naik turun.
Persebaya Surabaya tampil dengan semangat tinggi, menghasilkan beberapa kesempatan, tetapi gagal memperoleh kemenangan yang diperlukan untuk naik ke papan atas.
Pertandingan di Stadion Gelora Joko Samudro sebenarnya sempat memunculkan harapan.
Persebaya Surabaya lebih dulu unggul melalui Catur Pamungkas yang memanfaatkan bola rebound setelah tendangan Gali Freitas diblok oleh kiper Leonardo Navacchio.
Namun, momentum tersebut hilang setelah Francisco Rivera mendapatkan kartu merah langsung pada menit ke-76.
Kondisi 10 lawan 11 menyebabkan Persebaya Surabaya kehilangan kendali dalam pertandingan, sehingga Persik mampu mencetak gol penyama kedudukan di sisa waktu pertandingan.
Persebaya Surabaya masih memiliki beberapa kesempatan bagus untuk memastikan kemenangan, seperti tendangan Dime Dimov dan finishing Bruno Moreira pada menit akhir.
Namun, sentuhan akhir yang tidak tajam membuat kesempatan itu hilang begitu saja.
Satu poin tambahan akhirnya hanya membuat Persebaya Surabaya bertahan di peringkat ke-9 klasemen dengan 15 angka. Sementara tujuan awal musim yang sempat mengarah ke papan atas kembali terasa semakin jauh.
Kekhawatiran muncul dari para penggemar yang sebelumnya dikenal sebagai pendukung fanatik tim kesayangan kota.
Akun fanbase @tribunpersebaya mengirimkan komentar yang menarik perhatian dan menjadi topik pembicaraan, “Turunkan harapan terhadap klub kesayangan kalian. Yang naik hanya harga tiket, bukan prestasi.”
Komentar tersebut memicu gelombang tanggapan yang serupa dari para penggemar Bonek lainnya.
Banyak orang merasa Persebaya Surabaya kembali mengulangi kebiasaan musim sebelumnya: performa yang tidak konsisten, target besar yang tidak tercapai, dan para penggemar kembali harus menerima kekecewaan.
“Benar sudah, yang penting bertahan saja alhamdulillah, angin-anginan mainnya,” tulis seorang Bonek yang menggambarkan situasi pertandingan yang tidak menentu.
Banyak orang menganggap kondisi ini telah menjadi siklus tahunan yang terus berulang tanpa adanya penyelesaian yang signifikan.
“Target juara tidak sesuai harapan, meskipun sudah membeli tiket ilegal, pertandingan di bawah ekspektasi membuat kecewa,” komentar lainnya yang menyoroti kesenjangan antara biaya dukungan dan hasil yang diterima.
Penggemar merasa perlu mengeluarkan uang lebih banyak tetapi kinerja di lapangan tidak meningkat.
Dari Persebaya kita belajar arti dari tidak memiliki harapan,” tulis salah satu komentar yang bernada sarkastik. Sementara komentar lain lebih objektif, “Target juara… cukup lolos degradasi saja sudah bersyukur.
Dari 10 pertandingan yang dijalani oleh Persebaya Surabaya di bawah arahan Eduardo Perez, secara statistik mereka berhasil meraih 4 kemenangan, 3 hasil imbang, dan 3 kekalahan.
Mereka mencetak 12 gol dan kemasukan 10 gol dengan rata-rata poin sebesar 1,50 per pertandingan.
Nomor tersebut menunjukkan bahwa tim cukup mampu bersaing untuk bertahan di tengah, tetapi belum cukup memadai untuk bersaing di papan atas.
Kemampuan bermain masih kurang stabil, terutama dalam menyelesaikan pertandingan dan mengambil keputusan penting saat situasi mendesak.
Di sisi lain, tekanan dari para pendukung sangat besar. Persebaya Surabaya merupakan sebuah klub yang memiliki basis penggemar yang luas, identitas yang jelas, serta sejarah penuh semangat sehingga harapan selalu tinggi setiap musimnya.
Namun keadaan saat ini membuat para pendukung memilih untuk mengendalikan perasaannya. Daripada bersorak untuk kemenangan, banyak yang kini hanya berharap tim tampil stabil dan tidak terjebak di zona degradasi.
Kesedihan tidak berarti meninggalkan dukungan, melainkan lebih merupakan bentuk peringatan.
Bonek berharap manajemen dan tim lebih memperhatikan kekhawatiran yang muncul, khususnya mengenai hubungan antara harga tiket, kualitas pertandingan, serta komitmen dalam meraih prestasi.
Persebaya Surabaya masih memiliki kesempatan untuk memperbaiki performa karena musim belum berakhir. Namun, momentum harus segera dimanfaatkan agar musim ini tidak kembali ditutup dengan label “nyaris” dan “seharusnya bisa lebih baik.”
Bagi penggemar Persebaya Surabaya, rasa cinta terhadap klub tersebut tak akan pernah memudar.
Namun kini mereka memutuskan untuk bersikap lebih realistis, sekaligus mengingatkan pihak klub agar tidak hanya fokus pada angka pendapatan, tetapi juga rasa bangga yang semestinya dirasakan setiap kali menggunakan jersey hijau kebesaran Surabaya.






